November 15, 2011

Secondhand Serenade

Secondhand Serenade: The Beatles Itu Emo!

John Vesely bercerita pada Erick Hai tentang materi barunya, band idolanya, musik emo, sampai krisis ekonomi di Amerika.

Beberapa waktu yang lalu, Erick dari Hai dapet kesempatan buat ngobrol-ngobrol bareng John Vesely, oknum di balik Secondhand Serenade. Selain berbagi soal materi baru, dia juga banyak bercerita soal band idola, emo, musik digital sampai pengaruh krisis ekonomi di Amerika. Penasaran? Berikut petikannya. (Frederick Rheinhard )
Hai, John. Apa kabar? Saya Erick dari Majalah Hai. 
Hai Erick. Kabar saya baik.


Saya dengar kamu sekarang sedang mengerjakan materi baru? 
Ya. Saat ini saya lagi konsen ngerjain materi baru Secondhand Serenade. Rencananya bakal mulai masuk studio dan direkam Mei ini.
Bocoran dong soal album barunya. 
Sedikit banyak jelas akan berbeda dengan materi di album saya sebelumnya. Lagu-lagu baru saya benar-benar sesuai dengan yang saya inginkan. Musik dan liriknya bakal terdengar lebih matang dan dewasa ketimbang dulu.
Bedanya sama album Awake ? 
Kalo di Awake , saya lebih banyak duduk santai, main gitar dan bernyanyi. Waktu itu semuanya masih serba terbatas. Kalo sekarang saya punya lebih banyak sumber daya, dan punya banyak waktu juga buat menggarapa semua lagunya dengan maksimal.

Kenapa kamu nggak membentuk band saja? 
Waktu awal, saya banyak berkeliling menonton band-band dan mencari personil yang tepat untuk proyek saya ini. Tapi belakangan saya merasa kalo berkarir solo kayak sekarang ini merupakan langkah terbaik saat itu.
Orang-orang mendeskripsikan musik kamu sebagai emo. Gimana menurut kamu? 
Ya, orang-orang boleh menyebut musik saya emo. Tapi balik lagi, menurut saya, emo itu masih abu-abu. Nggak ada definisi yang jelas mengenai hal ini. Jadi semuanya bakal balik bagaimana orang mendefinisikan emo. Yang pasti selalu ada emosi dalam sebuah musik. Buat saya, lagu I Wanna Hold Your Hand dari The Beatles itu bisa aja dibilang emo.

Siapa sih band emo terbaik buat kamu? 
Hmmm…, kalo untuk emo, buat saya Jimmy Eat World masih yang terbaik.
Kalo band terbaik era sekarang? 
Sampai sejauh ini, menurut saya Coldplay. Mereka bagus.
Banyak yang membandingkan kamu dengan Dashboard Confessional. Gimana reaksi kamu? 
Secondhand Serenade dan Dashboard jelas punya banyak perbedaan. Kami emang berangkat dari musik yang kental nuansa akustiknya. Tapi selebihnya berbeda. Kami punya gaya yang berbeda.
Oke, sekarang kita ngomongin soal gitar. Kamu kan bernyanyi dan bermain gitar di album kamu. Sebenarnya, kapan sih kamu pertama belajar gitar? 
Gitar sebenernya bukan instrumen pertama saya. Awalnya, saya adalah basis. Saya sempat lama bermain bass. Saya baru belajar gitar itu umur 19 tahun. Berarti sekitar 7 tahun yang lalu.
Punya gitaris favorit? 
Wah, siapa yah? Hmmm…, salah satu gitaris favorit saya adalah gitaris dari The Fray. Menurut saya dia sangat berbakat dan sangat menyenangkan menyaksikan dia bermain di atas panggung.
The Fray? 
Ya. Band itu sangat bagus menurut saya. Bahkan, kalo saya boleh berkolaborasi, saya pengen kolaborasi bareng The Fray.
Apa sih influence bermusik kamu? 
Banyak banget band yang mempengaruhi saya. Mulai dari Simon Garfunkel, Coldplay, Beach Boys, Jimmy Eat World, dan masih banyak lagi. Benar-benar variatif.
Apakah krisis ekonomi di Amerika mempengaruhi musik atau lirik kamu? 
Sejujurnya sih, hal itu nggak terlalu berpengaruh. Sehari-hari, saya lebih banyak di jalan, tur keliling, jadi saya nggak terlalu merasakannya. Tapi kayaknya hal ini lumayan mempengaruhi teman-teman saya di sana. Kalo dalam menulis lirik, saya lebih bercerita soal hubungan sosial antar manusia. Kayak keluarga, teman, dan lain sebagainya. Saya nggak pernah menulis lagu soal ekonomi maupun pemerintahan.
Kamu sekarang lagi dengerin band apa? 
Kalo sekarang saya lagi dengerin Thriving Ivory. Mereka band dari Amerika. Sangat bertalenta dan keren banget.
Oke, terima kasih John. 
Sama-sama.
Versi lengkap wawancara ini bisa kamu baca di Majalah HAI Edisi 18.

0 komentar:

Posting Komentar