September 23, 2022

an Update about Myself

Halo, balik lagi setelah sekian lama aku engga nulis. Kali ini aku nulis dari gerbong kereta, ya, aku sedang dalam perjalanan pulang ke Semarang. Pulang terus perasaan, ya, memang.

Akhir-akhir ini, banyak sekali yang terjadi dalam hidupku rasanya. Mungkin ini yang orang-orang katakan tentang dinamika kehidupan. "Namanya juga hidup, engga melulu di atas lah." Aku merasakan itu.

Kalau boleh jujur, sebenarnya aku sendiri masih bingung bagaimana cara mengatasi diriku sendiri ketika semua rasanya berada di bawah titik nol. Sulit rasanya. Energi, pikiranku, semuanya rasanya terkuras habis di bulan September ini. Di bulan ini pun aku merasakan "kehilangan" dalam arti yang sesungguhnya. 

Pertengahan bulan September, tepatnya tanggal 12 September 2022, aku mendapat kabar yang cukup membuatku syok. Atasanku langsung yaitu Kepala Seksiku di kantor, bu Dwi, meninggal dunia. Mendapat kabar itu tepat beberapa menit sebelum aku berangkat balik ke Bekasi rasanya cukup membuat badanku lemas. Like I have no words to say. Aku cuma bisa diam mematung. Pertanyaan-pertanyaan seperti, "Hah? Ini serius? Perasaan kemarin baru pulang kantor bareng." Rasanya aku belum siap, masih banyak hal yang perlu aku pelajari dari sosok beliau.

Beliau adalah sosok yang baik. Rasanya aku cukup beruntung mendapat atasan langsung orang yang seperti beliau ini. Beliau sangat mengayomi, menegur jika memang aku melakukan salah dan tentunya beliau adalah salah satu teman ceritaku di kantor. Kami melewati (kurang lebih) satu bulan masa-masa di kantor yang kurang ideal. Ketika satu personel lain dimutasi dan kami belum mendapatkan gantinya, mau tidak mau kami berdua harus lembur bersama and that was fun! Beliau selalu berpesan, "Kita bekerja yang amanah ya. Walaupun ada aja godaannya, tapi kita harus tetap amanah dan kerja sampai tuntas." Selamat jalan bu Dwi, semoga bu Dwi, mendapat tempat yang terbaik di sisi-Nya.

However, show must go on. Walaupun ditinggal bu Dwi, pekerjaan harus tetap jalan, harus profesional. Berat memang, sekarang rasanya beban kerjaku bertambah banyak. Biasanya beberapa hal bu Dwi yang handle, sekarang aku yang harus handle kerjaan itu. Pernah beberapa kali rasanya pengen nyerah aja deh, capek. Tapi ya, bu Dwi selalu berpesan, "Kerja amanah dan tuntas." Jadi aku merasa punya kewajiban menyelesaikan apa yang beliau belum sempat selesaikan.

Oh ya, akhir-akhir ini aku suka beli mainan. Beberapa wishlist mainanku satu-per-satu mulai kebeli, haha. Salah satu wishlist mainanku adalah Optimus Primal dari serial Beast Wars yang rilis tahun 1996 ini. Pertama kali nonton series Beast Wars seingatku waktu itu aku masih SD antara kelas 2 atau 3. Series yang rilis tahun 1996, bahkan 2 tahun sebelum aku lahir si Optimus Primal dkk ini sudah eksis, aku masih suka dan masih terngiang-ngiang hingga aku berusia 24 tahun sekarang. Beberapa kali sempat nonton YouTube review mainan satu ini tapi karena harganya yang lumayan merogoh kocek, akhirnya selalu mengurungkan niat untuk beli. Tapi akhirnya sekarang alhamdulillah kebeli. Kebayang gimana happy nya aku haha.

Setelah beli mainan Optimus Primal Masterpiece pasti dong aku makin ngulik nih soal Beast Wars lagi dan ternyata aku baru tau kalau para Maximals ini muncul di serial Transformers: War for Cybertron di Netflix. Aku langsung girang, "Hah, serius ini?" Terus aku langsung hunting mainan-mainan Transformers: War for Cybertron ini karena mengingat harga yang mainan dari series War for Cybertron "lebih terjangkau" daripada mainan seri Masterpiece nya yang harus merogoh kocek yang lumayan, haha. Awalnya cuma beli 2, Optimus Primal sama Tigatron, eh lama-lama mikir, "Kenapa ngga sekalian aja koleksi semua Maximals yang ada ya?" Jadilah di kos ku lengkap koleksi Maximals dari seri War for Cybertron, haha.

Mungkin itu dulu, aku cuma pengen cerita aja.

Terima kasih sudah membaca.

Salam,

Faqih

0 komentar:

Posting Komentar