Maret 04, 2022

Review Film The Batman: Mencoba Lepas dari Bayang-bayang Kesuksesan The Dark Knight

Tulisan ini tidak mengandung spoiler ataupun review secara detail, murni hanya kesanku mengenai film The Batman yang baru saja rilis awal bulan Maret ini. Aku bukan orang yang selalu mengantre setiap ada film baru rilis di bioskop, hanya saja entah kenapa sebagai penggemar Batman sejak kecil, film The Batman sanggup membuatku tergerak untuk menonton di hari-hari awal perilisannya.

Peran Batman sekarang diperankan oleh Robert Pattinson. Aktor asal Inggris tersebut dipercaya untuk memerankan peran Batman setelah masa Ben Affleck yang menurutku pribadi kurang berhasil. Robert Pattinson masih lekat dengan image-nya sebagai vampir di film Twilight hingga sekarang ia berubah peran menjadi sang legenda manusia kelelawar. Tentu, film The Batman kali ini-pun berada dalam bayang-bayang kesuksesan The Dark Knight trilogy besutan sutradara Christopher Nolan.

Batman versi Ben Affleck? Blas, aku tidak suka. Aku bahkan hanya menonton satu seri saja dari Batman versi Ben Affleck. Kelanjutannya bagaimana? Tidak tau. Ben Affleck bukanlah Batman yang kucari setelah era Christian Bale. Batman versi Ben Affleck terlalu mencampur-adukkan Batman dengan superhero DC lainnya. Sepertinya kala itu DC ingin mengejar ketertinggalan mereka dari Marvel yang sukses membuat Marvel Cinematic Universe-nya. Hasilnya? Tidak sesukses Marvel, rating pun berbicara demikian. Rata-rata film DC pada saat itu hanya meraih rating 6, tidak lebih.

Menurutku, Batman yang diperankan oleh Christian Bale di The Dark Knight trilogy karya sutradara Christopher Nolan itu sudah menaruh standar tertinggi untuk film superhero. Lalu antara The Batman milik Robert Pattinson dan The Dark Knight milik Christian Bale, mana yang lebih baik? Kalau bicara bagus ya keduanya adalah film Batman yang bagus. Bedanya, The Dark Knight trilogy milik Christian Bale menjelaskan cerita Bruce Wayne dari manusia kaya biasa hingga bisa menjadi Batman. Bagaimana awalnya seorang anak dari milyader keluarga Wayne bisa jago berkelahi dan punya insting bertarung dijelaskan secara rinci di Batman Begins sebagai pembuka dari trilogy The Dark Knight. Sedangkan The Batman tidak perlu lagi melakukan itu karena Batman milik Christian Bale sudah menjelaskan dasar untuk asal muasal Batman.

Hal tersebut sama halnya seperti Spider-Man versi Tom Holland yang tidak perlu menjelaskan lagi asal muasal Peter Parker menjadi Spider-Man karena karya pendahulunya, yaitu Spider-Man versi Tobey Maguire dan Andrew Garfield sudah menjelaskan secara rinci bagaimana seorang Peter Parker pada akhirnya bisa menjadi sang Spider-Man. Dari segi visual, memang The Batman sangat megah. Sang sutradara, Matt Reeves juga berani menampilkan durasi yang cukup panjang untuk film The Batman, hampir 3 (tiga) jam! Itu adalah satu dari banyak hal yang membuatku tertarik untuk menonton kiprah Robert Pattinson memerankan sang manusia kelelawar setelah sebelumnya dirinya terkenal akan image sebagai vampir.

Sekali lagi, aku menyebut jika film The Batman memang bagus. Tidak ada yang salah tentang film ini, teka-tekinya, alur ceritanya susah untuk ditebak dan cukup untuk membuat penonton berpikir. Hanya saja, awalnya aku sempat terganggu dengan unsur pembunuhan berantai yang dilakukan oleh seseorang yang terkesan psikopat di awal film. Maksudku, kalau cuma melawan psikopat harusnya Batman tidak perlu turun tangan, kenapa ceritanya justru menonjolkan nuansa psikopat. Aku bahkan sempat berpikir, kok murahan gini permasalahan yang diangkat di film The Batman? Untungnya cerita tidak berlarut-larut pada pembunuhan berantai dan si psikopat gila. Cerita berlanjut masuk ke action-action yang cukup menyenangkan sekaligus menegangkan. Setidaknya, film The Batman cukup memberi angin segar sehingga tidak terjebak pada kesuksesan pendahulunya.

Kali ini aku ingin membicarakan tokoh pendukung dari karakter Batman, seperti Jim Gordon yang menjadi sekutu dari Batman dan Alfred sang pelayan keluarga Wayne. Sekali lagi, sosok Jim Gordon dan Alfred milik The Dark Knight trilogy masih sangat melekat. Jim Gordon yang saat itu diperankan oleh Gary Oldman terlihat memang, ya dia itu Jim Gordon, dia memang yang paling cocok memerankan peran Jim Gordon. Sedangkan sosok Alfred yang saat itu diperankan oleh Michael Caine juga begitu melekat. Menurutku Alfred di The Dark Knight trilogy sangat terlihat perannya sebagai pelayan keluarga Wayne, sedangkan di The Batman Alfred justru terlihat sedikit superior. Aku suka ketika Alfred yang diperankan oleh Michael Caine selalu memanggil Bruce Wayne dengan sebutan, "Master Wayne", sedangkan di The Batman, Alfred yang diperankan oleh Andy Serkis selalu memanggil Bruce Wayne dengan sebutan, "Bruce" padahal Bruce Wayne adalah anak dari keluarga yang dilayaninya. Ya, ini hanya preferensi saja, tidak memengaruhi alur dari cerita. Tentu, penguatan karakter pendukung di film Batman tidak untuk mengalahkan karakter si Batman itu sendiri, mungkin perlu ada seri selanjutnya agar pemeran dari karakter Jim Gordon dan Alfred yang baru bisa melekat dan menyentuh hati penonton.

Mungkin hanya ini pendapat yang bisa kutulis tentang film The Batman. Durasinya cukup panjang, hampir 3 (tiga) jam. Aku menyarankan kalian untuk ke WC sebelum menonton film ini karena mengingat durasinya yang cukup lama. Alur cerita dari The Batman terasa penuh dan berisi sehingga tidak akan ada momen kita merasa mengantuk atau bosan ketika menonton filmnya. Dari awal hingga akhir, film The Batman menyuguhkan teka-teki serta kejutan-kejutan yang tidak akan kita sangka-sangka sebelumnya.

Sekian, dan selamat menonton.

Salam hangat,

Faqih

0 komentar:

Posting Komentar