Seperti melompati kubangan setelah hujan yang deras, aku merasa sedikit lebih bahagia dan tenang. Namun ketika aku kembali menatap cermin itu dan melihat pantulan diriku yang dahulu, aku sangat ingin menghancurkannya.
Mungkin saat itu aku tak terlalu memperhatikan sesuatu yang tak terlihat, kemudian semuanya menjadi hancur karena ekspektasi dan keinginan egoisku. Aku berbalik dan membaca semua tulisan-tulisan yang berisi cacian yang kau sematkan untukku padahal dulu kita sempat sangat dekat untuk waktu yang cukup lama, tulisan yang menyesakkan dadaku. Lepaskan, lepaskan.
Lepaskan semuanya. Aku tidak ingin lagi terjebak dan tak bisa keluar dalam suara dan perasaan yang menyesakkan dada. Kukira selamanya tak akan memudar, ternyata semuanya salah. Gema dan getaran itu semakin lemah dan menghilang, sekarang mengalir pergi. Kukira akan selalu kupegang dan tak akan kulepaskan, aku dulu selalu mempercayai itu. Tapi ternyata, melepaskan demi menjadi dan mengetahui diriku adalah pilihan yang lebih baik.
"Apa yang bisa kulakukan untuk diriku tanpamu?"
Aku berharap tak akan bergantung dengan kehadiranmu lagi.
Saat itu, aku sedang tidak percaya diri dan murung namun kau tetap tersenyum seperti biasa.
Namun aku juga menyadari, berkali-kali aku diselamatkan. Maafkan aku dan terima kasih, kali ini aku bisa berdiri karena ada peran dari dirimu yang dulu. Aku saat ini mulai mendongak dan menatap langit dengan tanpa air mata lagi.
Berteriak keras, meski aku tak bisa menjadi kuat. Aku mulai menghapus air mataku dan melangkah pergi untuk menjadi seseorang yang bisa berdiri sendiri. Suatu hari nanti, di akhir hari yang tak terhitung jumlahnya, bisakah kau mendengar lagi suara pada hari itu? Bagaimanapun kita pernah bersama untuk waktu yang cukup lama, pada saat kita bersama semuanya tidak melulu tentang pertengkaran dan air mata, terdapat banyak kebahagiaan juga. Setidaknya, ingatlah hal tersebut. Aku juga pernah mempunyai peran dalam menciptakan kebahagiaanmu.
Mungkin akan terdengar sedikit egois tapi aku ingin merasa dibutuhkan oleh seseorang. Jika aku memikirkannya, bukankah aku tak bisa di sini? Jika hanya menangis, berduka, dan sedih, aku tak membutuhkan hal seperti itu. Aku akan memutuskan apa yang aku yakini karena memang ada hal yang tidak bisa dijelaskan lewat kata-kata, kan? Aku akan memutuskan jawabanku sendiri.
Sekarang akan kusampaikan padamu.
Aku juga melepaskan semuanya, termasuk suara serta perasaan yang menyesakkan itu. Semuanya telah memudar dan menghilang, sudah tidak ada lagi gema dan getaran dalam diriku tentangmu, semuanya mengalir pergi. Tak akan kupegang dan kutahan lagi. Aku percaya keputusan ini dan melepaskannya, demi menjadi diriku sendiri, juga demi dirimu menjadi dirimu sendiri. Maafkan aku dan terima kasih.
Aku harus bisa bahagia, dengan atau tanpamu.
0 komentar:
Posting Komentar