Oktober 27, 2022

Mungkin (たぶん)

Tanpa meneteskan air mata. 

Tanpa meninggalkan kenangan yang telah ditinggalkan. 

Inilah perpisahan.

Aku terbangun sendirian pagi itu, terngiang akan suaranya. Dengan mata terpejam aku membayangkan waktu yang telah kita habiskan bersama. 

Siapakah yang salah? "Aku tidak tau." 

Atau bukan salah siapapun? "Mungkin."

Aku yakin walau berulang-kali mencoba untuk bersama, meski hingga bertahun-tahun lamanya, pada akhirnya kita tetap akan berpisah. Karena aku tak bisa berbuat apapun, "Selamat datang kembali." tanpa sadar aku mengatakannya, aku tau seharusnya bukan kalimat itu yang kuucapkan.

Kembali, aku terbangun sendirian pagi itu, tiba-tiba teringat tentang dirinya, terbayang hari-hari bersama dengannya ketika menghabiskan waktu berdua saja.

"Karena ini salahmu, benar kan?"

Ataukah karena ini salahku? "Mungkin."

Kisah cinta seperti ini banyak dikenal, loh. Jawaban semacam itu yang dinanti. Sedikit demi sedikit, kita mulai merasa jenuh. Itu pun kisah yang sudah tak asing lagi untuk didengar, kan? Setiap hari, matahari rasanya semakin terik dan menyilaukan hingga membuat debu-debu itu menumpuk.

Aku yakin walaupun berulang-kali mencoba untuk bersama, meski hingga bertahun-tahun lamanya, perpisahan adalah ujung jalan yang menanti kita. Karena aku tak bisa berbuat apapun, "Selamat datang kembali." lagi-lagi kalimat itu tak sengaja terucap.

Aku yakin ada sangat banyak hal yang tidak kumengerti karenanya sulit bagi kita untuk saling memaafkan. Akan tetapi, jika hari yang penuh kebahagiaan bagaikan hari penuh penderitaan, bagaimanapun semua sudah terlanjur terjadi.

Aku yakin walaupun berulang-kali mencoba untuk bersama, aku yakin sekali walaupun berulang-kali mencoba bersama, meski hingga bertahun-tahun lamanya, pada akhirnya kita tetap akan berpisah. Karena aku tak bisa berbuat apapun, "Selamat datang kembali." tanpa sadar aku mengatakannya, aku tau seharusnya bukan kalimat itu yang kuucapkan.

Meskipun telah berulang-kali mencoba, meskipun hingga bertahun-tahun lamanya, hingga kini aku jadi berpikir bahwa seandainya kita bisa memulainya kembali, "Selamat datang kembali." kalimat itu terucap untukmu dan akupun mulai tertawa.

Karena semuanya terasa dingin di sini.

0 komentar:

Posting Komentar