"It's ok not to be ok." dari kata itu aku belajar banyak hal, terutama untuk terus berdiri tegak di umurku yang sekarang, karena memang tidak apa untuk tidak baik-baik saja. Belum mendapatkan pekerjaan, pekerjaan yang bukan sesuai ekspektasi, merasakan pahitnya ditolak, atau mendapatkan nilai buruk dalam ujian, tidak apa untuk tidak baik-baik saja. Terkadang, tubuh, serta perasaan, memang membutuhkan tempat untuk bersandar, alhamdulillah aku masih memiliki dan dikelilingi orang-orang baik di sekitarku, yang selalu bersedia untuk meminjamkan pundaknya sejenak untukku beristirahat. Aku sangat bersyukur untuk hal itu.
Pastinya banyak yang terjadi selama 23 tahun aku hidup di dunia. Semakin bertambahnya umur, rasanya justru kebahagiaan perlahan menjauh. Semakin bertambahnya umur, rasanya hidup memang semakin berat dan berat. 23 tahun sudah aku hidup di dunia dan pada kesempatan kali ini aku ingin berterima kasih kepada orang-orang baik yang ada di sekitarku. Terima kasih, berkat kalian aku menjadi seperti sekarang. Aku mencoba kuat menghadapi pahitnya ekspektasi orang lain, aku mencoba kuat menghadapi situasi dan bimbangnya hidup setelah menginjak usia 20-an. Siap tidak siap, disinilah aku sekarang. Terima kasih untuk kalian semua yang membantuku berproses hingga sampai ke titik ini.
Pada usiaku ke-22 kemarin, aku belajar banyak hal, salah satunya adalah bersikap menghadapi kehilangan. Aku pertama kalinya menangis karena kehilangan seekor kucing, suatu hal yang dulunya aku anggap berlebihan, "Masa ada sih orang nangis karena kucingnya mati?" Ternyata pemikiran itu menjadi karma bagi diriku sendiri. Aku menangis karena kehilangan Haku, bahkan hingga sekarang luka kehilangan itu masih ada.
Pada usiaku ke-22 juga, aku akhirnya lulus dari pendidikanku sebagai mahasiswa. Namun ternyata, hidup yang sebenarnya justru dimulai dari situ. "Feels like I've woken up from a dream." Merasa tertinggal ketika melihat beberapa temanku sudah mulai menemukan pekerjaan impiannya, sedangkan aku yang masih berstatus sebagai jobseeker, rasanya hidup mulai tidak berpihak padaku.
Namun sekarang aku berada di usia ke-23, aku harus mulai berlari.
Pastinya banyak yang terjadi selama 23 tahun aku hidup di dunia. Semakin bertambahnya umur, rasanya justru kebahagiaan perlahan menjauh. Semakin bertambahnya umur, rasanya hidup memang semakin berat dan berat. 23 tahun sudah aku hidup di dunia dan pada kesempatan kali ini aku ingin berterima kasih kepada orang-orang baik yang ada di sekitarku. Terima kasih, berkat kalian aku menjadi seperti sekarang. Aku mencoba kuat menghadapi pahitnya ekspektasi orang lain, aku mencoba kuat menghadapi situasi dan bimbangnya hidup setelah menginjak usia 20-an. Siap tidak siap, disinilah aku sekarang. Terima kasih untuk kalian semua yang membantuku berproses hingga sampai ke titik ini.
Pada usiaku ke-22 kemarin, aku belajar banyak hal, salah satunya adalah bersikap menghadapi kehilangan. Aku pertama kalinya menangis karena kehilangan seekor kucing, suatu hal yang dulunya aku anggap berlebihan, "Masa ada sih orang nangis karena kucingnya mati?" Ternyata pemikiran itu menjadi karma bagi diriku sendiri. Aku menangis karena kehilangan Haku, bahkan hingga sekarang luka kehilangan itu masih ada.
Pada usiaku ke-22 juga, aku akhirnya lulus dari pendidikanku sebagai mahasiswa. Namun ternyata, hidup yang sebenarnya justru dimulai dari situ. "Feels like I've woken up from a dream." Merasa tertinggal ketika melihat beberapa temanku sudah mulai menemukan pekerjaan impiannya, sedangkan aku yang masih berstatus sebagai jobseeker, rasanya hidup mulai tidak berpihak padaku.
Namun sekarang aku berada di usia ke-23, aku harus mulai berlari.
Well, it's ok not to be ok.
It's ok not to be ok. It's ok not getting job yet.
It's ok being rejected.
It's ok being disrespected, degraded, humiliated.
It's ok not to be ok.
Everyone has their own path.
From now, I'll find my own path.
Everyone has their own path.
From now, I'll find my own path.
0 komentar:
Posting Komentar