Maret 06, 2016

Tentang Perempuan yang Spesial (Part 2)


Segera kuhabiskan cappuccino dingin itu. Terasa pahit. Membayar bill. Beranjak pergi dari kafe. Perasaan resah.


Pikiranku masih tertuju pada pesan terakhirmu. Apa maksud dari terimakasihmu? Mulai muncul pikiran yang tidak-tidak. Mungkin kebiasaanku suka negative thinking, sebenarnya aku hanya khawatir. Bukan hanya khawatir, aku memang khawatir. Aku tidak bisa cuek begitu saja. Kau memang pandai membuatku terus memikirkanmu.

Aku berjalan melewati salah satu toko buku. Pandanganku tertuju pada etalase sketch book yang terpajang rapih di sana.

"Sketch book ya. Sudah kau isi apa saja di sketch book yang aku beri itu?"

Di sela lamunanku memandangi etalase sketch book itu, hp ku kembali bergetar. Aku mendapat pesan masuk, itu darinya.

"Aku tidak bisa di sini lagi."

"Maksudmu?"

"Aku harus pergi. Jangan tanya kenapa, aku punya alasan sendiri."

"Aku harus tanya, kenapa? Dan kalau aku tidak bisa menerima kau yang pergi tiba-tiba?"

"I have to go. Please be understand. Thanks."

"Aku tidak bisa menerimanya. Aku akan tetap mengejarmu. Please be understand too. Thanks."

...

Kau membuatku makin kacau.

0 komentar:

Posting Komentar