Aku tak pernah menunjukkan rasa sakit yang sebenarnya kurasakan atas kata-kata atau perbuatanmu karena dengan semua yang sudah kita lalui dan semua derita ini, aku mengira akan lenyap saat aku pulang, kembali padamu. Ternyata diriku terlalu naif berpikir demikian.
Mungkin ini memanglah salam perpisahan dariku. Namun, biar bagaimanapun hatiku akan selalu bersamamu mulai dari sekarang. Aku takkan bertanya mengapa demikian karena aku-pun tidak punya alasan untuk menjelaskannya. Doa serta harapan-harapanku yang telah membuatku bertahan selama ini. Aku berharap setelah semua derita ini, aku dapat kembali pulang padamu nantinya.
Kata-katamu masih sangat jelas terlintas di kepalaku, seperti badai menerjang kapal kecil yang saat itu sedang berlayar. Aku masih belum bisa menerima kenyataan tapi memang begitulah adanya. Kehilangan seorang navigator ketika ia sangat diperlukan untuk mengarungi perjalanan ini ternyata memang menyakitkan.
Selama ini aku selalu mencoba untuk jujur namun tidak pernah bisa menyampaikannya dengan benar. Aku telah menunggu begitu lama hanya untuk dapat memelukmu. Kini, aku mencoba melewatinya walau tanpa kehadiranmu, sudah terlalu lama. Kau telah membuktikan jika cinta kita, cinta yang selama ini berusaha untuk kita jaga, memudar pada akhirnya dan perlahan menghilang. Saat ini, bintang-bintang di langit seolah mencoba meminjamkan cahayanya padaku untuk terus melangkah maju mulai sekarang, mendekatkanku pada sesuatu yang sangat kuimpikan.
Aku mengira semua derita ini akan lenyap saat aku pulang dan kembali padamu, namun nyatanya kau justru menambah semua derita ini.
Saatnya membiarkan kapal ini menepi dan beristirahat dengan tenang.
Sincerely,
- Your Man
0 komentar:
Posting Komentar