Kita berjalan dengan bahu bersandingan, menertawakan sesuatu yang tidak penting sambil menatap mimpi yang sama. Jika kucoba dengar dengan seksama, suaramu masih terdengar diantara pemandangan kota senja.
Ketika kau tak di sini, sungguh, terasa sangat membosankan. Namun, saat kubilang kalau aku kesepian, kau hanya menertawainya.
Aku terus memastikan apa saja yang masih tertinggal, sesuatu yang bersinar dan takkan pernah hilang. Seperti layaknya langit setelah hujan, hatiku pun kembali menjadi cerah. Hanya dengan mengingat senyummu membuatku ikut tersenyum juga.
Seperti halnya kita pada saat itu, masih seperti anak kecil yang polos. Kita lewati hari demi hari untuk melihat kejutan apa lagi yang diberikan oleh hari esok. Tertawa, menangis, semua itu telah kita alami bersama.
Aku ingat, saat aku sendirian, dan merasa khawatir. Di gelap malam aku tak bisa untuk tidur, kau terus menemaniku dengan obrolanmu. Terimakasih. Rasa kesepianku seketika menghilang setelah kau menemaniku malam itu, bercanda dengan obrolan yang kau bawa. Aku senang.
Aku ingin tau sebenarnya apa yang sedang kau perhatikan. Apakah aku 'kan bisa melihatnya di tempat ini juga? Di kota ini, dimana warna jingga selalu menyelimuti ketika sore hendak beranjak pergi, kucoba untuk menahan air mata ini.
Satu cinta terlahir diantara ratusan jiwa yang telah berkumpul. Kau berubah ataupun tidak, kau tetaplah kau yang dulu, aku tak perlu mengkhawatirkannya, kan? Tapi lambat laun, terkadang aku menjadi khawatir kau berubah seiring berjalannya waktu. Aku menjadi takut.
Kita kan terus tumbuh dewasa, dan akan bertemu dengan orang-orang menakjubkan di luar sana. Aku berharap kita dapat kembali dan bertemu lagi di tempat ini, di kota ini, di kota Senja ini, dan mewujudkan semua mimpi yang pernah kita ucapkan. Terimakasih.
Kota Senja,
Allif, Faqih
1 komentar:
Wah bagus sekali kakak.. Jangan lupa dateng ke blog ku ya.. Ada tulisan menarik baru di post siang td 😀
Posting Komentar