November 24, 2020

A Letter to Haku: So Long, Dear

Jum'at, 20 November 2020 sekitar pukul 17.48 setelah adzan maghrib, Haku pergi, untuk beristirahat dengan tenang.

Sejak tanggal 17 November 2020, Haku mulai aku rawat dari rumah dengan pantauan dari drh Mey. Infus masih tetap menancap, makan masih tetap disuap, obat masih terus jalan. Semenjak mulai dirawat di rumah sebenarnya justru menunjukkan perkembangan yang positif. Haku mulai banyak bersuara dan mulai mencoba untuk menggerakkan kakinya, Haku juga mulai suka memandang keadaan sekitarnya, matanya terlihat cerah. Tapi ternyata aku terlalu naif berpikiran seperti itu karena kenyataannya adalah sebaliknya, mungkin untuk Haku, itu adalah pertanda yang tidak baik.

Semenjak dirawat di rumah dengan infus, Haku aku suapi makan wetfood dan minum sekitar dua jam sekali, untuk memastikan jika Haku mendapatkan nutrisi yang ia butuhkan untuk proses pemulihan serta untuk memastikan ia tidak dehidrasi. Selama di rumah, Haku hanya di dalam kandang beralaskan underpad untuk dia pipis maupun pup, jadi harus sering memperhatikan kondisi underpadnya, apabila sudah terkena pipis ataupun pup dia, maka harus segera diganti karena takut nantinya akan menyebabkan penyakit kulit untuk Haku.

Hanya sekitar empat hari merawat Haku dalam kondisi yang seperti itu (maaf aku tidak ada gambarnya, aku tidak sanggup untuk mengambil gambar Haku di keadaanya yang sakit pada saat itu) sudah sangat membuat perasaanku hancur. Ini sangat tidak baik rasanya untuk orang yang sensitif sepertiku, melihat serta merawat Haku dalam kondisi yang tidak bisa apa-apa dan hidupnya sangat bergantung dengan cairan infus serta obat-obatan. Hancur, sangat hancur. Itulah yang aku rasakan saat merawat Haku, tapi bagaimanapun aku tidak boleh kan menunjukkan perasaan hancurku di depan Haku, aku harus tetap menunjukkan energi yang positif karena aku percaya, perasaanku terhubung dengannya, kalau aku menunjukkan perasaan hancur karena melihat kondisinya, aku takut perasaanku itu akan mempengaruhi Haku. Aku tetap mencoba tegar sembari merawatnya karena aku sangat menyayanginya.

Lalu tiba pada tanggal 20 November 2020, tepatnya  setelah adzan sholat ashar, Haku mulai rewel yang entah apa penyebabnya, yang jelas kondisi Haku pada saat itu nafasnya seperti terhambat ingus yang menyumbat hidungnya jadi ia bernafas melalui mulut. Aku panik karena Haku pada saat itu sangat banyak bergerak, kaki belakangnya seperti mencoba merogoh hidungnya untuk mengeluarkan ingus yang menyumbat. Aku laporkan kondisi Haku ini ke drh Mey, kira-kira apa penanganan yang tepat untuk kondisi Haku pada saat itu. Bodohnya pada saat itu aku tidak punya obat pengencer dahak untuk membantu Haku, obat yang aku miliki untuknya saat itu adalah obat untuk membantu mengecilkan pembengkakan pada jantung Haku, intinya obat itu. Mengetahui hal tersebut drh Mey bilang jika sebaiknya Haku diberi bantal untuk membantunya bernafas lebih lega. Aku coba sembari aku ambil tisu untuk membantunya mengeluarkan ingus yang ada di hidungnya. Tanpa diduga-duga, Haku justru menggigit jari manis tangan kiriku dan itu sakitnya bukan main, jari manisku bengkak. Aku coba lebih pelan-pelan untuk membantunya bernafas lebih lega sembari berkata ke Haku, "Nduk, kalau kamu memang sudah engga kuat, kamu boleh pergi sayang." Bukan karena aku menyerah merawatnya, tapi karena aku sudah tidak sanggup melihatnya menderita karena penyakitnya itu. Ternyata tak lama setelah itu Haku terlihat lebih tenang, nafasnya lebih teratur, dan beberapa menit setelahnya justru nafas Haku sempat menghilang sesaat lalu beberapa detik muncul kembali, lalu pada pukul 17.48, beberapa saat setelah adzan maghrib, Haku berhenti bernafas. Ya, Haku sudah pergi. Itu adalah momen sakaratul maut Haku.

Aku langsung menangis sejadi-jadinya detik itu juga. Itu pertama kalinya aku melihat nafas kucing berhenti tepat di depan mataku. Aku hanya bisa bilang, "Loh nduk, barusan gigitanmu tadi itu pamit? Nduk. Kamu pergi?" Mungkin pada saat menggigit tanganku, Haku mencoba menyampaikan sesuatu, "Sudahlah, aku sudah tidak kuat, aku sudah tidak bisa tertolong. Biarkan aku pergi."  Aku menangis sambil menundukkan kepalaku di depan Haku yang sudah tidak bernyawa. Ibu dan adikku yang kaget karena tangisanku langsung berlari dan mereka pun ikut menangis sejadi-jadinya, karena yang sayang Haku bukan cuma aku, tapi seluruh keluargaku, karena bagaimanapun Haku adalah anggota keluarga kami. Sore itu saat Haku pergi, hujan sedang sangat deras-derasnya. Bahkan langit pun menangis karena kepergianmu, Haku.

"Lewat tulisan ini, aku ingin meminta maaf ke Haku. Sebagai pet ownermu aku sangat minta maaf bila aku pernah melakukan sesuatu yang buruk ke Haku. Maafkan aku bila pernah tidak sengaja menyakiti atau memarahi Haku. Aku minta maaf nduk."

"Aku minta maaf kalau terkadang aku kurang sabar ketika merawat Haku."

"Aku minta maaf sangat terlambat menyadari penyakit yang selama ini kamu derita."

"Aku minta maaf karena gagal menjadi pet owner yang baik untukmu."

"Aku minta maaf nduk baru empat hari rawat kamu semenjak kepulanganmu dari klinik, melihat kondisimu yang seperti itu aku justru merasa hancur. Maafkan aku nduk, aku memang lemah. Harusnya aku kuat ya biar Haku merasa kuat."

"Aku minta maaf nduk beberapa kali malah nangis waktu nyuapin kamu pakai pipet, maafkan aku nduk pasti rasanya makin pahit ya. Aku minta maaf sayang ya."


"Nduk, aku kangen pose tidurmu yang lucu itu, Haku sangat suka tidur di tangga dengan posisi tangan melingkup, sebenarnya aku takut Haku tidur di situ, takut kamu keinjak setiap orang yang turun lewat tangga, tapi untuk membangunkanmu ketika kamu tertidur pulas pun aku tak tega."

"Aku kangen kamu yang selalu disaat subuh masuk kamarku dan bangunkan aku dari tidurku untuk minta makan, Haku selalu menaiki kasurku, memukul-mukul wajahku dengan tangan kecilmu itu."

"Aku kangen Haku yang selalu menyambut di depan pintu kalau aku baru saja pulang dari segala kegiatanku, seperti kamu memahami langkah kakiku dan suara derit pagar depan rumah."

"Aku kangen Haku yang selalu duduk di kabinet dekat tv, selalu menemaniku menonton Chelsea main padahal kamu perempuan ya nduk."

"Aku kangen Haku yang selalu temani aku ketika mengerjakan skripsiku kemarin, Haku pasti tidur di dekat kursiku dan sabar menungguku sampai aku mengantuk dan memutuskan untuk tidur."

"Aku kangen pamitan sama Haku setiap mau keluar rumah."

"Aku kangen Haku yang selalu rewel setiap diajak berjemur, Haku benci kegiatan itu ya nduk. Maafkan aku Haku tapi itu semua demi kesehatanmu."

"Aku kangen semuanya tentang Haku, tentang apapun itu, aku rindu."

"Haku, semua orang di rumah termasuk Mandra dan Kuzon sayang sama Haku."


"Haku, aku sayang kamu nduk.
Terima kasih sudah memberikanku waktu untuk menyayangimu.
Tenang di kehidupanmu yang baru, Haku."

With love,

Faqih

0 komentar:

Posting Komentar